|
Lorong Samping Central Market |
Sebelum mulai menjelajahi Central Market,
kami mengisi perut di Warung Nasi Kandar (kayak Warung Nasi Padang, kalo di
Indonesia) di lorong sebelah Central Market. Awalnya karena lapar kami berencana memesan
masing-masing, tetapi karena ini kali pertama kami mencoba menu ‘nasi kandar’
yang sepertinya didominasi menu India, Timur Tengah dan Melayu (berbumbu kuat,
sedikit manis dan ‘wangi’), akhirnya kami memutuskan untuk memesan 1 piring
dulu untuk berdua. Jadi kalo tidak terlalu suka atau tidak enak (pikir kami), gak
mubazir jadinya :D Dan untungggggg…..banget, keputusan itu tepat sekali, karena
bukan cuma porsinya yang lumayan gede, harganya juga ikutan ‘lumayan gede’ :))
mungkin karena lokasinya yang dekat dengan Central Market, yang banyak
didatangi turis, jadi (biasalah….) ikutan jadi mahal juga :D
Di Central Market, mulailah perburuan kami
akan cinderamata alias suvenir. Ya karena menurut informasi yang kami terima, jika
ingin membeli tapi tidak mau terlalu repot menawar seperti di Petaling Street,
ya di Central Market inilah tempatnya. Barangnya cukup
bervariasi, kualitas cukup bagus dan harga tidak perlu terlalu bingung
sejauh mana harus menawar karena kebanyakan disini barang-barang dipatok harga (hampir)
pas. Kami berkeliling dahulu melihat-lihat dari ujung depan hingga ke
belakang dan ke sisi
kanan-kiri, termasuk di beberapa tempat di lantai 2, sembari survei harga dan jenis suvenir yang
akan dibeli.
|
Pintu Masuk Central Market |
Central Market sejak tahun 1980, dirombak
fungsinya oleh Pemerintah Malaysia, dari ‘pasar basah’ menjadi pusat kerajinan
dan seni. Sebuah tempat yang kemudian menjadi ajang bagi seniman lokal untuk
memperlihatkan hasil-hasil karya seni terbaru mereka. Sehingga banyak sekali
jenis dan macam kerajinan yang ditawarkan disini dengan berbagai variasi harga.
Namun karena Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun, cukup sulit mencari
suvenir yang benar-benar ‘khas’ Malaysia (terutama Kuala Lumpur).
Kebanyakan barang kerajinan Malaysia tidak
dapat dibedakan dengan kerajinan Indonesia. Bahkan tak jarang saya merasa seperti
di Indonesia. Karena di beberapa toko / kios, barang-barang yang dijual ‘bener-bener
Indonesia banget’, seperti aneka bentuk dan motif batik, dompet-tas kulit,
kerajinan kayu, perca, perak, patung, lukisan, bahkan barang antik. Serasa di
Malioboro Jogja deh, pikir saya :D hahahahaha……
|
Suvenir Magnet Kulkas |
Tak lama muter-muter,
kamipun akhirnya membeli beberapa gantungan kunci, magnet kulkas dan coklat
Berryl’s sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Untuk gantungan kunci dan
magnet kulkas kami sengaja tidak memilih obyek yang ‘umum’ seperti Petronas Twin
Tower dan KL Tower. Bentuk-bentuk rumah adat menjadi salah satu pilihan kami.
Tapi ‘coklat’ ? Ya,
‘coklat’ termasuk oleh-oleh yang kami
cari. Mengapa ? Indonesia memang merupakan
penghasil kakao terbesar nomor 3 di dunia. Bahkan beberapa
produk coklat lokal sudah di ekspor ke luar negeri,
seperti Monggo & Roso (Jogja), Soklat Inyong (Purwokerto), Suoklat
(Surabaya) & Magic Chocolate (Bali). Tetapi menurut informasi yang kami dapat,
Malaysia memiliki produk coklat yang juga cukup terkenal. Namanya Coklat Beryl's. Coklat Beryl’s memiliki
berbagai jenis dan varian produk coklat, bahkan diantaranya ada yang rasa
tongkat ali !!! Hanya saja, rasa ini tidak kami beli :p
|
Galeri 1 |
|
Galeri 2 |
Dari Central Market
kami lewat belakang, kemudian menyusuri Lebuh Pasar Besar, melewati Museum
Textil Negara menuju ke Merdeka Square. Ketemu Restoran Warisan, namun kami
lewati dan lebih memilih melihat-lihat Kuala Lumpur City Gallery (KLCG), karena
kayanya duit buat bayar makanannya bakal harus minta ‘warisan orang tua’ dulu
juga :D Dan ternyata keputusan kami tepat karena di KLCG justru banyak yang
dapat dilihat. Mulai dari sejarah Malaysia, khususnya Kuala Lumpur, hingga aneka
kerajinan kayu yang berbentuk disain miniatur dari bangunan khas berbagai
negara di dunia, terutama dari sisi arsitekturnya. Mulai dari miniatur bangunan
Abdul Samad Building, Twin Tower dan KL Tower di Kuala Lumpur, Patung Singa
Merlion-nya Singapura, Big Ben London, hingga Burj al-Dubai di UEA. Sayang sekali,
sampai mata perih saya tidak menemukan bangunan khas dari Indonesia :( Mudah-mudahan bukan
karena tidak ada tapi karena barusan habis diborong turis Indonesia sebelum
kita *ngarepbanget.com* :)
|
Bangunan bergaris-garis di antara 2 gedung tinggi adalah Museum Tekstil |
Dari Kuala Lumpur
City Gallery, kita berjalan menuju ‘alun-alun’ alias Dataran Merdeka (Merdeka
Square). Dari situ kami sempat melihat tayangan ulang pertandingan Piala Eropa
Jerman vs Belanda, sambil lesehan di rumput, beristirahat di bawah sebuah tenda
yang sepertinya selesai digunakan untuk suatu acara. Tak berapa lama, kami
lanjutkan kegiatan.
|
Sultan Abdul Samad Building |
Ada
beberapa obyek tujuan kami, salah satunya adalah Abdul Samad Building. Bangunan
ini merupakan bangunan bersejarah bagi Kuala Lumpur, karena di tempat itulah
Bendera Union Jack (Inggris) diturunkan dan diganti dengan Bendera Federasi
Malaya. Dari situ terlihat pula KL Tower dan ujung Petronas Twin Tower,
sehingga lokasi ini menjadi favorit turis, karena dari satu lokasi kita bisa
mendapatkan beberapa obyek khas KL.